Hai kauandh, ni dah masa-masa penerimaan rapor kan? Rapor untuk penaikan kelas, bagaimana nilai kalian. Naikkah atau menurun kah di banding nilai semester kemarin. Cuma ingin berbagi sedikit dengan kalian. Sduah 11 tahun lamanya saya bersekolah, baru kali ini saya tau kalau ternyata ketika saya tidak masuk dalam peringat 5 besar bahkan 10 besar saja akn menjadi masalah besar dalam hidupku. Baru kali ini saya tau karena, baru kali ini juga peringkatku berada dlam urutan 22. Hmm, memang fantastis, karena sebelum-sebelumnya saya tak pernah keluar dari 10 besar itu bahkan 3 besar.. Hahaha. Heii saya Cuma bisa tertawa, knapa saya harus sedih dgn urutan 22 itu?? Toh, memang usahaku juga kurang dan kegiatan di luar memang lebih banyak [saya akui itu], ini bukan perihal yang tak di sengaja karena urusan organisasi melainkan kesengajaan yang ku buat sendiri. Kenapa?? [baca saja selanjutnya]
Ketika orang tua ku menanyakan saya peringkat berapa. Saya bisanya bungkam tak bicara sepatah katapun. Karena saya sadar, kali ini raporku tak membanggakan. Sejenak aku berpikir, “heii klw seperti itu saya di paksa untuk mencari sebuah nilai, sebuah ijazah, tnapa peduli guru yang menjelaskan pelajarannya betul-betul menerangkan ataukah juga hanya menunggu kenaikan gajinya dengan seritfikasi guru?” coba saja adakan penelitian di sekolah saya. “kenapa kebanyakan murid bolos saat jam pelajaran?” saya bisa jamin 87% jawabannya boring di kelas, karena gurunya !!
“karena guru” yupss, ini salah satu alasan saya knapa saya ingin menyibukkan diri di luar kelas, daripada saya bolos tidak jelas. Mending kesibukan di luar kelas yang tidak jelas itu di perjelas dgn masuk organisasi. Betul tidak?? Hmm, kembali lagi ke orang tua saya, ayahku bisa dikatakan seorang yang terpelajar karena dia adalah seorang insinyur tekhnik elektro dan pendidikannya S2. Bisa aku maklumi klw anaknya yang kedua [saya] ini mendapat peringkat 22, apalagi kakak saya, Rapor SMA-nya slalu dihiasai dengan peringkat satu tak ada yang lain. Sedangkan saya?? Mau tak mau saya harus menerima perbandingan dengan si sulung. Yang selalu menjadi trbaik, bahkan lulusan terbaik kedua setelah sahabatnya di Universitas tempatnya menuntut ilmu, anak kebanggan ayah sekaligus kesayangan ibu yang menyelesaikan kuliahnya tak sampai dari 3,5 tahun hebatnya lagi tak berapa lama setelah lulus, ia langsung mendapat kerja. Hmm, ^_^. Well, Ayahku sangat marah, dan begitu menyalahkan organisasi dan kegiatan-kegiatan yang sudah ku lakukan setelah mengetahui peringkat ku. Smapai mengatakan bahwa saya ini bikin “malu” keluarga. Ohh no!! mendengar itu saya begitu terpukul, tak ada yang membela ku saat itu, ibu yang ku harapkan membantu, malah menambah rumit keadaan menuduhku yang tak ku lakukan, katanya klw mereka berangkat kantor saya langsung angkat kaki keluyuran tidak jelas. Tentu saja itu tak benar!! Apakah mereka melihat itu?? TIdakk !!! so, do you have an idea about this !!
Sampai detik ini pun ayahku masih terlalu sensitive terhadapaku, jusdd invo : saya menulis ini sambil terbatuk-batuk , flu berat yang ku derita sejak beberapa hari lalu menambah pusing di kepalaku. Dan byasanya ketika saya seperti ini betapa pedulinya ayah. Sekarang??? Saya harus peduli dengan diri saya sendiri. Hmm, so poor my self T_T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar