1. Bagaimana memunculkan ide baru, saat ditengah proses menulis kita sudah mentok dan blank??
2. Bagaimana cara memulai untuk menulis ya mba?? Karen aterkadang di kepala kita sudah full dgn inspirasi2 yang menjadi bahan tulisan, tp ketika ingin ditumpah ruahkan malah ngga tau mau nulis apa, pdahal tadinya bahannya itu ada
3. Kalau seandainya mau buat novel yg ceritanya tentang detektif atau pembunuhan , harus baca buku yg sperti itu juga ya??
Pertanyaan diatas adalah, 3 pertanyaan yang saya kirim melalui balasan email bentang pustaka. Karena review saya terpilih untuk mengikuti dee's coaching clinic. Padahal saya nya cuma iseng buat itu. Itupun juga kali pertama saya menuliskan review tentang novel yang saya baca.
Saat mengikuti DCC kesan pertama yang saya tangkap bahwa, mba dewi lestari ini orangnya santai. Sangat santai. Makanya kita sebagai audience, enak mendengarkan pemaparan beliau. Dan beliau mengawali materi dari pertanyaan2 yang saya ajukan.
Umumnya, peserta DCC Makassar ini memiliki pertanyaan yang hampir sama dgn pertanyaan yang saya ajukan, selebihnya ada yang bertanya tentang riset dalam kepenulisan novel.
Itu cttan singkat saya...
1. Bagaimana memunculkan ide baru, saat ditengah proses menulis kita sudah mentok dan blank??
Untuk menulis, mnurut dee.. Sebaiknya kita menukis apa yang ingin kita baca. Tidak perlu mengikuti minat pasar dan apa yang sedang tren di masyarakat. Karena tulisan seperti itu, umumya tidak akan bertahan lama. Satukan semua jenis cerita apa yang kita sukai.
Mba dewi lestari merupakan seorang penulis otodidak, yang memang menyukai dunia tulis menulis sejak umur 9 tahun, meskipun begitu ibu 2 anak ini tdak pernah suka dengan pelajaran BAhasa Indonesia sejak sekolah dasar.Untuk memudahkan kita dalam membuat suatu cerita, pada pelajaran bahasa indonesia kita diajarkan untuk membuat yang namanya kerangka karangan, tapi mba dee lebih suka menyebutnya dengan pemetaan cerita. Dengan struktur 3 babak. Dan ini amat sangat membantu jika kita ingin membuat karangan +25.000 kata.
Dalam membuat pemetaan cerita, kita sudah tau bagaimna awal dan akhirnya. Mbaa dee mengibaratkan kita ingin menyebrang dari pulau A ke pulau B (seperti yang terryera pada catatn saya bagian kiri bawah). Untuk menyebrang itu, kita harus melalui beberapa pulau-pulau kecil. Pulau pulau kecil ini seperti bab tengah untuk mencapai epilog cerita (Pulau B).
Dan kita harus tau , apa yang hendak akan kita tuliskan pada "pulau kecil" tersebut. Terkadang jika kita ingin menuliskannya, kita seperti melihat "adegan" tersebut di kepala kita. Hal itulah yang akan kita tulis. Stiap kali, adegan-adegan muncul di kepala tulislah ia di kertas atau di manapun dengan draft khusus. Dan mba dee pun punya "adegan-adegan" yang sudah terekam oleh tulisan yang disebutnya dalam folder "celengan ide".
Untuk menghindari hal yang disebut dengan mentok, sebaiknya antisipasi dengan T A R G E T !
Target berupa... Kapan sih tulisan kita ingin selesai? Berapa halaman tulisan yang akan kita buat? Dan tau jmlah kata yang akan dituliskan hingga akhir. Hal ini bisa diprediksi sesuai ketebalannya. Menurut mba dewi lestari, novel yang setebal supernova petir itu jumlah katanya berkisar 45000 kata. Kembali mba dee memberikan trik untuk menyelesaikan tulisan dengan tepat waktu..
Jadi misalnya, kita mau buat nivel dgn jumlah kata 45.000. Dan target kita selesai dalam waktu 10 bulan. (Selanjutnya, kita harus tau dalam seminggu ada berapa hari waktu yang di gunakan untuk menulis.) dalam seminggu kita punya waktu 4 hari.
(Hffftt.. Mari berhitung...)
10 bulan x 4 minggu = 40 minggu.. Kita punya waktu 40 minggu
40 minggu x 4 hari (waktu yang kita gunakan untuk menulis dalam seminggu) = 88hari
Jadi, 45.000 : 88 = 512 kata/hari.
Intinya sih, dalam menulis novel juga dibutuhkan yang namanya DICIPLINE. Dan memang sudah itu kuncinya.
Tentang ide. Ide itu merupakan anugrah Tuhan yang abstrak, kita tidak bisa melihatnya tapi bisa merasakan. Seperti makhluk gaib yang datang pada orang yang ia kehendaki. Dan ide hanya datang pada orang orang yang disukainya. Menurut Mba Dee, orang yang disukai sama sang ide ini adalah orang yang kreatif. Maksudnya seperti apa itu orang kreatif?? Ketika mba dewi lestari mengajukan pertanyaan itu, semua audience berpikir mencari makna tersebut, namun mba dee langsung memaparkan bahwa yang dimaksudkan orang kreatif , yaitu orang-orang yang mampu mendengar semua yang ada disekelilingnya berbicara. Ibarat kata, setiap melihat benda hidup ataupun benda mati seperti terjalin interaksi satu sama lain. Bahwa, setiap benda terrsebut punya kisah tersendiri yang mampu diolah oleh orang kreatif tersebut. Selanjutnya, orang kedua yng disukai oleh sang ide ini adalah orang yang peka dan senang mengamati sekitar. Pengamatan ini terrkait dengan panca indra kita.. Hingga six sence nya kita.. Yang umum trlewatkan dari para penulis fiksi pemula menurut sang pemateri , yaitu indra penciuman -aroma- , katanya orang terlalu sering menggambarkan secara visual. Tapi melupakan -smelt- padahl itulah indra yang paling menghipnotis para pembaca.
Dan kembali Mba dewi "dee" lestari yang juga seorang artis ini menjelaskan lebih terperinci mengenai struktur 3 babak yang tadi, ketika salah seorang audience menanyakannya, bahwa 1 novel cerota terbagi atas 3 babak. Babak 1 yaitu tesis, Babak 2 yaitu antitesis, babk 3 yaitu sintesis.
Pada babak 1, tesis merupakan status quo yang terjadi sekarang.. Sedangkan pada babak 2, mba membgi nya menjadi 2a dan 2b, bagian ini merupakan yang harusnya paling padat dan menciptakan problem yang terjadi selnjtnya yang terakhir Babak 3 yaitu sintesis. Sintesis ini merupakan apa yang seharusnya terjadi, klimaks dari sebuah cerita.
Umumnya saat sedang menjadi juri, mba dewi lestari menemukan novel yang padat di babak awal dan di babak akhir, yang seharusnya bagian yang kompleks terjadi yaitu pada babak dua. Seringkali juga terjadi pada babak 3 penulis seprti begitu terburu buru ingin membuat ending cerita, sehingga pembaca tidak mendapat "chemistry" dari ending ceritanya.
3 jam menyerap ilmu dari Dewi Lestari, seorang penulis novel yang jenis karyanya disebut sebagai "sastra awang" . Jenis sastra yang ingin pula saya membuatnya. Terima kasih, atas waktu dan kesediaan mba. Terima kasih kepada bentang pustaka yang memilih review saya. Ini ilmu yang kuar biasa manfaatnya. Dan juga seperti memberikan moodbooster pada diri saya yang seringkali menunda untuk menulis. Padahal bercita cita ingin menjadi penulis.
Quote yang saya kutip dari mbaap dee
"Sekarang saatnya menyusun rencana untuk menjadi penulis dan bukan lagi berharap menjadi penulis. Plan and wish adalah 2 hal yang sangat berbeda "
Satu lagi... Bahkan ini di tulis pada dinding di "rumahta art space" lokasi dcc kemarin
"Pada akhirnya, menulis adalah proses belajar yang tak pernah usai, dan itu jugalah yang membuat menulis begitu memikat..
Gelombang... Hal.472"