“deh.. kak. Mauku juga
nikah muda. Masih kuliah, sudah punya anak. Sudah punya suami. Enaknya mi
perasaan ta itu di’ kak. Tidak ada mi lagi kita pusingi.” Ungkap seorang junior
padaku.
Betul kah kehidupan
pernikahan sesederhana itu?
Memangnya menikah , trus
melahirkan anak maka urusan selesai? Nyata nya, tidak seperti itu dik.
Meski , saat ini begitu
banyak pasangan muda yang kau saksikan di TV, begitu mesra dalam balutan ikatan
halal dan membuatmu pun ingin seperti itu. Tak perlu lah, ikut-ikutan menjadi
kaum yang darurat menikah muda. Karena ada banyak hal yang harus kamu siapkan.
Pastikan kamu menikah,
bukan hanya karena ingin merubah status di KTP, dari lajang menjadi kawin. Tidak
sesedrhana pemikiran mu itu, dik. Kamu tidak hanya menyandang gelar Nyonya X,
tapi juga menantu dari bapak dan ibu yang terhormat. Menyatukan keluarga mu dan
keluarganya. Memperkenalkan om dan tante mu yang jauh dan dekat. Begitupun dia.
Menjalani kehidupan berumah
tangga itu tidak ada sekolahnya. Kita hanya mempelajari dari bagaimana orang
tua kita menjalani nya dahulu. Dan juga learning by doing.
Apakah kamu betul-betul sudah siap menikah? Nah, sebelum memutuskan menikah muda atau menggalaukan menikah, yuk simak point point berikut
Stok Sabar dan maklum yang Unlimited
Iya, menikah itu tentang
kesabaran yang tidak ada habisnya. Kamu harus punya ini jika ingin rumah tangga
langgeng terus. Karena kamu tinggal dengan orang “baru” bukan keluarga bukan
pula saudara sedarah. Sedangkan saudara sedarah pun kita masih sering
bertengkar apalagi dengan orang baru yang sangat berbeda dengan kita.
Ada – ada saja hal yang
bisa menjadi pemicu keributan.
Misalnya
saja saya dan suami harus beradu argumen soal pakaian,
karena dia mengambil baju tidak hati hati sehingga beberapa
pakaian yang sudah saya rapikan di lemari jadi terbongkar. Menurutnya, mungkin
itu tak masalah toh bisa di atur kembali. Iya, memang bisa di atur kembali.
tapi, memangnya pekerjaanku hanya mengatur pakaian yang berantakan saja di
lemari? Tidak kan. (hal ini bisa saja jadi pemicu keributan yang panjang meski di
awal pernikahan ini sering terjadi) tapi makin kesini, saya mencoba memaklumi
dan bersabar. Membiarkan pakaian itu terbongkar. Dan mengatur kembali pakaian
pakaian itu di akhir pekan.
Atau
Kamu perlu memaklumi kesalahan yang pasti tidak mungkin disengajanya untuk
menyakitimu. menerima kekesalannya padamu, karena kamu belum mencuci baju
andalannya dia. Padahal kamu sendiri disibuki dengan sejuta pekerjaan yang tak
ada habisnya.
Jauhkan ekspektasi Indahmu tentang kehidupan pernikahan saat
Single
Ekspektasi
dan realita seringkali tidak sesuai. Sama halnya dengan kehidupan pernikahan
ini. Kalau wakttu masih single ini kamu membayangkan hidup menikah itu bagaikan
kehidupan cinderella yang bertemu pangeran, happy
ever after. Tak ada lagi yang perlu di pusingkan karena ada banyak dayang
dayang yang melayani mu, mungkin pikiran seperi itu bisa kamu kesampingkan.
Karena nyata nya, ada banyak hal yang tidak sesuai dengan bayanganmu.
Misalnya
saja kamu orang yang sangat perfeksionis, yang berpegang teguh pada prinsip.
Membayangkan nanti kalau sudah menikah itu harus punya rumah sendiri, namun
pada kenyataannya setelah menghitung hitung keuangan rumah tangga, kamu cuma
bisa ngontrak atau sama sekali belum bisa pindah rumah. Masih numpang dengan
orang tua atau mertua.
Tak
msalah kalau kamu bercita cita mempunyai rencana berkeluarga seperti apa dan
bagaimana, namun selalu lah siap dengan hal buruk yang akan terjadi. Karena
rencana manusia tidak seindah rencana Tuhan.
Pasangan mu, not only
yours
Banyak
sekali orang yang berpendapat, bahwa setelah menikah itu kehidupan hanya milik
mereka berdua. Yang lain hanya numpang. Nyatanya tidak seperti itu, maka
seringkali orang yang single beranggapan
,kehidupan pernikahan itu tidak bebas. Terlalu mengekang.
Tapi,
pada kenyataannya menikah tidak setegang itu kalau kamu menyadari bahwa
pasanganmu bukan hanya milikmu. (Hahahah,
jangan berpikir bahwa kamu akan berbagi pasangan). Dia juga punya teman,
punya keluarga, punya komunitas mungkin. Pasanganmu pun perlu meluangkan
waktunya bersama orang orang dilingkarannya. Dan tidak mengekangnya. Tapi,
kalau kamu mau ikut mungkin tidak masalah. Saya pun tipe pasangan yang selalu
ikut kemanapun dia pergi, itupun juga keadannya mengondisikan. Apakah saya bisa
ikut atau tidak. hehhehh
Jadi, sebelum kamu
membayangkan indahnya jalan berdua dengan pasangan halal, membayangkan ada yang
menyeka air mata mu saat sedih atau membayangkan ada yang mencium keningmu
setelah sholat, coba kamu bayangkan hal hal yang tidak mengenakkannya juga.
Apakah kamu betul betul sudah siap melewatinya ataukah tidak.